Rabu, 08 April 2015

Kebenaran Hanya Datang Dari Allah SWT.

Kebenaran Hanya Datang Dari Allah SWT.

 “Maka (Dzat yang demikian) itulah Allah, Rabb kamu yang sebenarnya. Maka tidak ada sesudah kebenaran itu melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)?” (Yunus: 32)

Penjelasan Mufradat Ayat
     “Maka (Dzat yang demikian) itulah Allah, Rabb kamu yang sebenarnya”
Ayat ini menyebutkan tiga dari nama Allah Subhanahuwata’ala, yaitu (nama) Allah yang mengandung sifat uluhiyyah bagi-Nya, Ar-Rabb yang mengandung sifat Rububiyyah baginya, dan Al-Haq yang mengandung sifat kebenaran tentang wujudnya, kebenaran tentang firman-Nya, syariat-Nya, dan seluruh janjinya. Allah telah memberi nama dirinya dengan “Al-Haq” dalam berbagai tempat dalam Al Qur`an, seperti firman-Nya:

“Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang haq dan sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Al-Haj: 6)

“Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang haq; tidak ada sesembahan (yang berhak disembah) selain Dia, Rabb (Yang mempunyai) ‘Arsy yang mulia.” (Al-Mukminun: 116)

     Disebutkan dalam Shahih Al-Bukhari dari hadits Abdullah bin Abbas radhiyallahuanhu bahwa Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Engkau adalah Al-Haq dan perkataan-Mu haq.”
Al-’Allamah Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin Rahimahullah memasukkan Al-Haq di antara nama-nama Allah. (lihat Al-Qawa’idul Mutsla: 21)

Image result for allah swt
     Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di Rahimahullah berkata: “Al-Haq pada dzat dan sifat-Nya. Sehingga Dia adalah wajibul wujud (keberadaan-Nya adalah wajib), sempurna sifat-Nya, wujud-Nya adalah kelaziman dzat-Nya, dan tidak terwujud segala sesuatu kecuali dengan-Nya. Dialah yang senantiasa memiliki sifat keagungan, keindahan, kesempurnaan, dan senantiasa berbuat kebaikan. Firman-Nya adalah haq, perbuatannya haq, pertemuan dengan-Nya adalah haq, para Rasul-Nya adalah haq, kitab-kitab-Nya adalah haq, agamanya haq, beribadah hanya kepadanya adalah haq, dan segala sesuatu yang dinisbahkan kepadanya adalah haq.” (lihat Shifatullah, tulisan As-Saqqaf hal. 120)
Kata Adh-Dhalal atau Adh-Dhalalah maknanya adalah lawan dari Al-Huda (petunjuk). (Al-Qamus hal. 1024)

     Al-Imam Al-Qurthubi Rahimahullah berkata: “Adh-Dhalal (kesesatan) hakekatnya adalah menjauh dari kebenaran. Ibnu ‘Arafah berkata: Adh-Dhalalah (kesesatan) di kalangan Arab maknanya adalah menempuh selain jalan yang lurus.” (Tafsir Al-Qurthubi secara ringkas, 8/337)
Terkadang Adh-Dhalal juga diungkapkan atas seseorang yang tidak mengenal Allah Subhanahuwata’ala yang disertai kelalaian, walaupun keadaan orang tersebut tidak diliputi kejahilan atau keraguan. Atas penafsiran ini, sebagian para ulama memahami firman Allah Subhanahuwata’ala:

“Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang lalai, lalu Dia memberikan petunjuk.” (Adh-Dhuha: 7)
     Yaitu “lalai” menurut salah satu penafsiran (yaitu dengan makna tidak mengenal Allah Subhanahuwata’ala, red). Dan ini dikuatkan dengan firman-Nya:

“Dahulu engkau tidak mengetahui apa itu kitab dan apa itu iman.” (Asy-Syura: 52)
     Termasuk pula dalam pengertian ini apa yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abdil Hakam dan Asyhab dari Al-Imam Malik Rahimahullah tentang ayat ini, di mana beliau mengatakan: “Bermain catur dan dadu termasuk dari Adh-Dhalal (kelalaian).” (Tafsir Al-Qurthubi, 8/337)

Penjelasan Makna Ayat
      Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di Rahimahullah berkata: “Maka itulah Rabbmu, yaitu yang diibadahi, yang disembah, yang dipuji, yang mendidik seluruh makhluk dengan berbagai kenikmatan-Nya. Dialah Al-Haq, maka tidak ada lagi setelah Al-Haq melainkan kesesatan. Karena Dia-lah yang bersendiri dalam mencipta, mengurusi segala sesuatu. Tidak seorang hamba pun yang merasakan satu kenikmatan melainkan berasal dari-Nya, dan tidak ada yang mendatangkan kebaikan melainkan Dia, tidak ada yang menolak kejelekan kecuali Dia.

     Dia memiliki Asma`ul Husna dan sifat-sifat yang maha sempurna yang agung, penuh kemuliaan dan kesempurnaan. Lalu mengapa kalian berpaling dari beribadah kepada yang demikian sifat-sifat-Nya (yakni berpaling dari Allah)? Lalu menyembah sesuatu yang wujudnya akan sirna, tidak mampu mendatangkan manfaat dan mudharat serta tidak pula mampu mendatangkan kematian, kehidupan, dan kebangkitan? Dia tidak memiliki kekuasaan sedikitpun dan tidak ada sekutu bagi Allah dalam hal apapun. Tidak ada yang berhak memberi syafaat di sisi Allah Subhanahuwata’ala melainkan dengan izin-Nya. Maka celakalah bagi yang menyekutukan-Nya dan binasalah bagi yang kafir terhadap-Nya. Telah hilang akal mereka setelah hilangnya agama mereka, bahkan mereka telah kehilangan dunia dan akhirat. Oleh karena hal itu Allah Subhanahuwata’ala berfirman tentang mereka:
‘Demikianlah telah tetap hukuman Rabbmu terhadap orang-orang yang fasiq, karena sesungguhnya mereka tidak beriman.’ (Yunus: 33).” (Taisir Al-Karim Ar-Rahman hal. 363)

Image result for allah swt
Kebenaran Hanyalah Satu dan Tidak Berbilang
     Ayat Allah Subhanahuwata’ala yang mulia ini menjelaskan kepada kita bahwa jalan kebenaran hanyalah satu dan tidak ada lagi selain dari jalan tersebut melainkan kesesatan dan penyimpangan dari Al-Haq. Al-Imam Al-Qurthubi Rahimahullah berkata: “Ayat ini memberikan hukum bahwa tidak terdapat kedudukan yang ketiga antara Al-Haq dan bathil dalam masalah ini yaitu dalam mentauhidkan Allah Subhanahuwata’ala. Demikian pula dalam perkara-perkara yang serupa dengannya, yaitu masalah ushul (prinsip-prinsip agama, red.) yang mana kebenaran hanya ada di satu pihak.” (Tafsir Al-Qurthubi, 8/336)
Jika demikian keadaannya, maka hendaklah seorang muslim selalu berusaha untuk mencari jalan keselamatan tersebut yang jumlahnya hanya satu. Hal ini ditegaskan oleh Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam dalam beberapa haditsnya. Di antaranya adalah yang diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahuanhu, ia berkata:
Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam membuat sebuah garis di hadapan kami satu garis lalu berkata: “Ini adalah jalan Allah.” Lalu beliau menggaris beberapa garis di sebelah kanan dan sebelah kiri garis tadi lalu berkata: “Ini adalah jalan-jalan. Di atas setiap jalan itu terdapat setan yang menyeru kepadanya.” Lalu beliau membaca firman Allah: “Dan sesungguhnya ini adalah jalanku yang lurus, maka ikutilah. Dan janganlah mengikuti jalan-jalan (sesat) hingga akan terpisah kalian dari jalan-Nya. [1] ”  (HR. Al-Imam Ahmad, 1/435 dan 465, An-Nasa`i dalam Al-Kubra, 6/11174, Ad-Darimi no. 202, Ath-Thayalisi no. 244, Sa’id bin Manshur, 5/935, Ibnu Hibban, 1/180/6, dan Al-Hakim, 2/348, seluruhnya dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahuanhu. Al-Hakim berkata: “Hadits ini sanadnya shahih.” Hadits ini dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam tahqiq Syarah Al-’Aqidah Ath-Thahawiyyah hal. 525)

     Dalam hadits ini,  ketika menyebutkan jalan Allah, Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam menyebutkan dengan lafadz mufrad (tunggal). Namun ketika menyebutkan kesesatan, beliau menyebutkannya dalam bentuk jamak, yang menunjukkan banyaknya jalan-jalan kesesatan dan banyaknya jumlah para pengikut setan yang menghalangi manusia untuk berjalan di atas jalan Allah Subhanahuwata’ala. Allah Subhanahuwata’ala berfirman:

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” (Al-An’am: 116)
Demikian pula yang diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash Radhiyallahuanhu bahwa Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam bersabda:

“…Umatku akan berpecah menjadi 73 golongan, semuanya dalam neraka kecuali satu golongan.” Beliau ditanya: “Siapakah yang satu itu?” Beliau menjawab: “Apa-apa yang aku dan para shahabatku berada di atasnya.” (HR. At-Tirmidzi, 5/2641, Al-Hakim, 1/218. Dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani Rahimahullah dalam Shahih At-Tirmidzi)

     Hadits tentang perpecahan ini telah diriwayatkan dari beberapa shahabat Nabi Shalallahu’alaihi wa sallam dalam kitab-kitab sunnah, di antaranya Anas bin Malik, Mu’awiyah bin Abi Sufyan, ‘Amr bin ‘Auf Al-Muzani radhiyallahuanhuma. Adapun riwayat yang menyebutkan bahwa 72 yang masuk jannah (surga) dan satunya masuk an-naar (neraka) adalah hadits yang palsu. (lihat Silsilah Al-Ahadits Adh-Dha’ifah wal Maudhu’ah, Al-Albani Rahimahullah, 3/1035)
     Namun anehnya riwayat ini justru dishahihkan oleh ahlul ahwa` (orang yang mengikuti hawa nafsu, red.) yang tidak mengerti tentang ilmu hadits dari dasarnya. Di antaranya adalah seorang tokoh Syi’ah Rafidhah, Jalaluddin Rahmat, sebagaimana yang ditulisnya dalam kitab sesatnya Islam Aktual.

Banyak Jalan Menuju Keselamatan
     Mungkin di antara kita ada yang mempertanyakan tentang firman Allah Subhanahuwata’ala:
“Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya kepada jalan keselamatan. Dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (Al-Maidah: 16)
     Ayat ini menyebutkan subulus salaam yang berarti jalan-jalan keselamatan. Ayat yang mulia ini sama sekali tidak bertentangan dengan ayat dan hadits yang telah kita sebutkan yang menunjukkan bahwa jalan kebenaran hanya satu. Sebab ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa di dalam Ash-Shirathul Mustaqim tersebut banyak jalan kecil yang semuanya menuju ke arah satu jalan utama yang besar yaitu jannah Allah Subhanahuwata’ala. Al-Imam Al-Qurthubi berkata dalam menafsirkan ayat ini: “Subulus salaam yaitu jalan-jalan keselamatan yang menuju kepada Darus Salaam yang bersih dari setiap celaan, aman dari segala yang dikhawatirkan, yaitu jannah.” (Tafsir Al-Qurthubi, 6/118)
     Di antara yang menunjukkan hal ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahuanhu, bahwa Rasulullah Shallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Iman itu 70 cabang lebih, yang tertinggi adalah ucapan La ilaaha illallah dan yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalanan. Dan malu adalah salah satu cabang dari keimanan.” (HR. Muslim, Abu Dawud, An-Nasa`i, Ibnu Majah)
     Demikian pula hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah Radhiyallahuanhu bahwa Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Setiap persendian dari manusia wajib atasnya sedekah setiap hari tatkala terbitnya matahari. Engkau berbuat adil dalam menghukumi antara dua orang adalah sedekah, dan engkau menolong orang untuk menaiki kendaraannya atau engkau membantu mengangkat barangnya di atas kendaraannya adalah sedekah, kalimat yang baik adalah sedekah, dan setiap langkah yang engkau berjalan dengannya menuju shalat adalah sedekah, dan engkau menyingkirkan duri dari jalanan adalah sedekah.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Dan masih banyak hadits-hadits yang menjelaskan tentang banyaknya jalan menuju kebaikan tersebut. Oleh karena itu, Al-Imam An-Nawawi Rahimahullah membuat satu bab di dalam kitabnya Riyadhush Shalihin dengan judul Bab: Penjelasan tentang Banyaknya Jalan Kebaikan.

     Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin Rahimahullah berkata dalam menjelaskan banyaknya jalan-jalan kebaikan: “Dan yang menunjukkan kepada apa yang kami katakan bahwa di kalangan manusia ada yang engkau dapati senang mengerjakan shalat sehingga dia memperbanyak ibadah shalatnya. Dan di antara mereka ada pula yang senang membaca Al Qur`an sehingga engkau dapati dia banyak membaca Al Qur`an. Dan di antara mereka ada yang senang berdzikir, bertasbih, bertahmid, dan semisalnya, lalu engkau dapati dia banyak berdzikir; dan di antara mereka ada yang dermawan yang senang menginfakkan hartanya sehingga engkau dapati dia selalu bersedekah berinfak kepada keluarganya dan memberikan keleluasaan kepada mereka tanpa melampaui batas. Dan di antara mereka ada yang senang dengan ilmu dan menuntut ilmu, yang mana di masa kita merupakan amalan jasmani yang paling mulia. Sebab, manusia di masa kita sekarang ini sangat membutuhkan ilmu syar’i karena banyaknya kejahilan dan merebaknya orang-orang yang sok alim yang mengklaim bahwa mereka adalah ulama padahal mereka tidak memiliki ilmu melainkan sangat sedikit.
Maka kita sangat membutuhkan ilmu yakni ilmu yang mapan, kokoh, yang dibangun di atas Al-Kitab dan As Sunnah, agar mampu membantah berbagai kekeliruan yang tersebar di berbagai kampung dan negara, di mana setiap orang yang baru menghafal satu atau dua hadits dari Rasulullah r lalu berani berfatwa dan bermudah-mudah dengannya, seakan-akan dia adalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, Al-Imam Ahmad, Al-Imam Asy-Syafi’i, atau para imam yang lainnya rahimahumullah. Ini sangat berbahaya, jika Allah Subhanahuwata’ala tidak merahmati umat ini dengan adanya para ulama yang mapan, memiliki ilmu dan hujjah yang kuat.” (Syarah Riyadhish Shalihin, 1/444)

     Namun perlu menjadi perhatian di sini bahwa jalan-jalan kebaikan tersebut tidak keluar dari jalur Ash-Shirathul Mustaqim yang dijalani Rasulullah Shallahu’alaihi wa sallam dan para shahabatnya. Dan bukan yang dimaksud di sini adalah mengamalkan agama dengan cara-cara bid’ah yang sesat. Sebab, kebenaran hanyalah apa yang dari Allah Subhanahuwata’ala. Maka batil-lah sebuah pernyataan yang diserukan oleh Hasan Al-Banna beserta para muqallid (orang-orang yang taqlid kepada)-nya: “Kita saling tolong menolong terhadap apa yang kita sepakati dan saling memberikan udzur terhadap apa yang kita berbeda.”

sumber: forum salafy.com

Kamis, 02 April 2015

APRIL MOP DALAM PANDANGAN ISLAM

"APRIL MOP DALAM PANDANGAN ISLAM"

     April Mop diperingati setiap tanggal 1 April setiap tahun. Pada hari itu, orang-orang dianggap boleh berbohong atau memberikan lelucon kepada orang lain tanpa dianggap/merasa bersalah. Hari ini ditandai dengan tipu-menipu dan lelucon lainnya terhadap keluarga, musuh, teman, bahkan tetangga dengan tujuan untuk mempermalukan orang-orang yang mudah ditipu.
     Tidak menutup kemungkinan untuk momen seperti ini juga diikuti oleh para kaum muslimin. Bagaimana Islam pendapat islam dalam memandang momen tersebut?

Hasil gambar untuk april mop
     Berikut nasehat dari Asy-Syaikh Muhammad bin Hadi Al-Madkhali hafizhahullah dalam artikel beliau yang berjudul:
الدليل على تحريم كذبة إبريل .
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين، أما بعد.

Sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala telah memerintahkan untuk jujur di dalam Kitab-Nya dan memerintahkan untuk bersama dengan orang-orang yang jujur. Allah jalla wa’ala berfirman,

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ. (التوبة: 119)

artinya: “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (At-Taubah: 119)

     Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah melarang dari perbuatan dusta dan menggolongkan dusta termasuk kepada dosa besar. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

artinya: “Hati-hatilah kalian dari dusta, karena sesungguhnya kedustaan itu akan mengantarkan pelakunya kepada kejahatan. Seseorang yang senantiasa berdusta dan terus-menerus dalam kedustaannya, maka akhirnya ia dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.”

     Jika demikian, maka yang kewajiban atas seorang muslim adalah bertakwa kepada Allah dan menjalankan perintah-Nya, serta menaati Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam. Seorang muslim wajib berhati-hati dan waspada dengan penuh kewaspadaan dari perbuatan dusta. Karena kedustaan itu diharamkan dalam bentuk dan warna apapun. Semakin besar dan semakin bertambah kadar keharamannya ketika kedustaan itu dilakukan dalam rangka membuat orang lain tertawa.

     Inilah yang kami ketahui tentang permasalahan yang ditanyakan (tentang momen April Mop, pent) dan ini adalah perkara yang sudah dikenal di kalangan umat Islam dalam kurun waktu terakhir ini. Yang sangat disayangkan, ternyata sumber dari momen tersebut adalah berasal dari kalangan orang-orang Yahudi, Nashara, dari negara-negara barat dan timur semuanya, mereka berdusta dan menipu dengan suatu kedustaan dan tipuan dengan tujuan agar orang-orang tertawa, atau agar orang-orang menyebut dia dan terkenal serta tercatat di dunia popularitas.
    
     Adapun kita segenap kaum muslimin, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda,

وَيْلٌ لِلرجل يَكْذِبُ الكذبة لِيَضْحَكَ بِها الْناس وَيْلٌ لَهُ, ثُمَّ وَيْلٌ لَهُ

artinya: “Celakalah seseorang yang berdusta dengan suatu kedustaan agar manusia tertawa karenanya, celakalah dia, celakalah dia.”

     Wajib atas kita semua untuk berhati-hati darinya. Permasalahan yang ditanyakan, yaitu tentang kedustaan pada bulan April (April Mop), maka ini adalah haram dari dua sisi:

Hasil gambar untuk april mop menurut islam
Pertama: Hal itu merupakan kedustaan. Allah subhanahu wata’ala telah mengharamkan dusta. Dan kita semua telah mendengar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

إِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

artinya:“Hati-hatilah kalian dari dusta, karena sesungguhnya kedustaan itu akan mengantarkan pelakunya kepada kejahatan, dan kejahatan akan mengantarkan pelakunya kepada neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta dan terus-menerus dalam kedustaannya, maka akhirnya ia dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Ini sisi pertama.

Hasil gambar untuk april mop menurut islam
Kedua: Semakin besar keharamannya, di samping kedustaan itu sendiri hukumnya adalah haram, bahwa perbuatan seperti itu merupakan bentuk tasyabbuh terhadap orang-orang kafir. Orang-orang kafir tersebut berdusta, menipu, dan melakukan perbuatan sedemikian rupa, bahkan terkadang menyampaikan kedustaan berupa berita besar dan bencana yang hebat yang disiarkan dan disebarkan terutama melalui media-media massa pada zaman modern ini. Sehingga tersebarlah berita tersebut sampai belahan bumi timur dan barat. Akibatnya terjadi ketakutan yang melanda banyak orang. Namun kemudian berita tersebut diketahui ternyata tidak ada asalnya.

     Demikianlah jika seorang muslim berdusta, yang kemudian menyebabkan saudaranya sesama muslim ketakutan, dan semakin besar ketakutan itu yang menyebabkan semakian bertambah pula kepanikannya, bahkan terkadang jatuh sakit ketika disampaikan kepadanya misalnya: Si Fulan meninggal dunia, ayahnya, atau saudaranya, atau putra dan putrinya. Misalnya juga dengan mengatakan, “Rumahmu kecurian.” “Rumahmu kebakaran.” Atau yang semisal dengannya berupa perkara-perkara dan berita yang besar. Hal seperti itu terkadang menyebabkan seseorang kacau pikirannya, hilang pikiran dan akalnya, dan terkadang jatuh sakit. Yang seperti ini menjadi tanggungan siapa? Apa yang terjadi seperti ini tentu menjadi tanggungan si pendusta.

      Dalam hal ini kedustaan seperti itu akan lebih besar tingkat keharamannya, karena terdapat padanya kejelekan yang besar dan mengandung unsur penyerupaan dengan orang-orang kafir.
Maka yang wajib atas kaum muslimin adalah berhati-hati dan mewaspadainya dengan sungguh-sungguh, serta tidak meniru musuh-musuh Allah dari kalangan orang-orang kafir, karena Allah subhanahu wata’ala memerintahkan kaum muslimin untuk bersama dengan orang-orang yang jujur.
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ.(التوبة: 119)
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (At-Taubah: 119)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
“Seorang muslim itu adalah jika kaum muslimin selamat dari gangguan lisan dan tangannya.”

     Jika ada seorang yang berdusta dengan sebuah kedustaan sehingga menyebabkan orang lain ketakutan, maka berarti kaum muslimin tidak selamat dari gangguan lisannya.
Aku memohon kepada Allah agar memberikan rezeki kepada kita semua berupa pemahaman dan ilmu terhadap agama ini, serta sikap ittiba’ (senantisa mengikuti) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berhati-hati dari perbuatan menyerupai orang-orang kafir, baik dari kalangan orang-orang barat maupun timur, serta berhati-hati dari mengikuti prinsip dan cara beragama orang-orang Yahudi dan Nashara. Hal ini telah dikabarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Bukanlah sesuatu yang asing, jika ada umat Islam yang terjatuh ke dalam perbuatan meniru dan mengikuti orang-orang Yahudi dan Nashrani dengan bentuk peniruan yang benar-benar persis, berjalan di belakang mereka sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sampaipun kalau mereka memasuki lubang dhabb, maka kita umat Islam juga akan ikut-ikutan memasukinya.

     Aku memohon kepada Allah agar memberikan rezeki kepada kita semua untuk berittiba’ terhadap Rasul-Nya dan berhati-hati dari perbuatan yang mendatangkan murka Rabb kita tabaraka wata’ala. Yaitu dengan menjauhi perkara-perkara seperti ini (momen April Mop) dan sikap tasyabbuh terhadap musuh-musuh Allah dari kalangan orang-orang kafir. Aku juga memohon kepada Allah agar memberikan rezeki kepada kita semua untuk senantiasa berpegang dengan prinsip Islam yang benar dan meniti jalan Allah yang lurus. Sesungguhnya  Dia Maha Pemurah lagi Maha Mulia.