Kamis, 22 Januari 2015

Definisi Jihad Dalam Islam

 Definisi Jihad Dalam Islam


    Pengertian jihad yang sebenarnya harus dipahami dengan baik dan disosialisasikan oleh para kaum Muslim kepada publik agar tidak terjadi miskonsepsi, mispersepsi, dan misunderstanding tentang konsep jihad dalam Islam.
    Pengertian jihad pada masa ini tampak makin "menyempit", yaitu hanya dipahami sebagai “perang suci” (holy war) atau “perang bersenjata” (jihad fisik atau dilakukan secara militer). Bahkan, dewasa ini kalangan masyarakat Barat kerap mengasosiasikan jihad dengan ekstremisme, radikalisme, bahkan terorisme.
    Aksi kekerasan yang dilakukan sebagai bentuk perlawanan dan perjuangan sebuah gerakan Islam oleh bangsa Barat sering disebut dengan aksi “terorisme”.Dan sebaliknya, pihak gerakan Islam meyakini bahwa itu sebagai salah satu manifestasi jihad fi sabilillah.
       Bagi para mujahid sebutan bagi orang-orang yang berjihad, mati syahid adalah cita-cita mereka karena para syuhada dijamin akan masuk surga.

Secara Bahasa Jihad Berarti:

    Kata jihad berasal dari bahasa arab yaitu dari kata “jahada” atau ”jahdun” (جَهْدٌ) yang memiliki arti “usaha” sedangkan “juhdun” ( جُهْدٌ) berarti kekuatan.

    Secara bahasa, asal makna kata jihad adalah "mengeluarkan segala kesungguhan, kekuatan, dan kesanggupan pada jalan yang diyakini bahwa jalan itulah yang benar".
    Menurut Ibnu Abbas, salah seorang sahabat Nabi Saw, secara bahasa jihad memiliki arti “mencurahkan segenap kekuatan dengan tanpa rasa takut untuk membela Allah terhadap cercaan orang yang mencerca dan permusuhan orang yang memusuhi”.


Secara Istilah Jihad Berarti:

    Jihad secara istilah memiliki arti yang sangat luas, mulai dari mencari nafkah hingga berperang melawan kaum kuffar atau kafir yang memerangi Islam dan kaum Muslim.
    Dalam istilah syariat, jihad berarti mengerahkan seluruh daya kekuatan untuk memerangi orang kafir dan para pemberontak.
    Menurut Ibnu Taimiyah, jihad itu hakikatnya berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menghasilkan sesuatu yang diridhoi Allah berupa amal shalih, keimanan dan menolak sesuatu yang dimurkai oleh Allah        berupa kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan.
    Makna jihad lebih luas cakupannya daripada aktivitas perang. Jihad meliputi pengertian perang, membelanjakan harta, segala upaya dalam rangka mendukung agama Allah, berjuang melawan hawa nafsu, dan menghadapi setan.
    Kata “jihad” dalam bentuk fiil maupun isim disebut sebanyak 41 kali dalam Al-Qur’an, sebagian tidak berhubungan dengan perang dan sebagiannya lagi berhubungan dengan perang.

Makna Jihad Secara Umum:

    Secara umum, sebagian ulama mendefinisikan jihad sebagai “segala bentuk usaha maksimal untuk penerapan agama Islam dan pemberantasan kedzaliman serta kejahatan, baik terhadap diri sendiri maupun dalam masyarakat.”
    Ada juga yang mengartikan jihad sebagai “berjuang dengan segala pengorbanan harta dan jiwa demi menegakkan kalimat Allah (Islam) atau membela kepentingan agama dan umat Islam.”
    Kata-kata jihad dalam al-Quran kebanyakan mengandung pengertian umum. Artinya, pengertiannya tidak hanya terbatas pada peperangan, pertempuran, dan ekspedisi militer, tetapi mencakup segala bentuk kegiatan dan usaha yang maksimal dalam rangka dakwah Islam, amar makruf nahyi munkar (memerintah kebajikan dan mencegah kemunkaran).
    Dalam pengertian umum ini, berjihad harus terus berlangsung baik dalam keadaan perang maupun damai, karena tegaknya Islam bergantung pada jihad.


Makna Jihad Secara Khusus:

    Jihad dalam arti khusus bermakna “perang melawan kaum kafir atau musuh-musuh Islam”. Pengertian seperti itu antara lain dikemukakan oleh Imam Syafi’i bahwa jihad adalah “memerangi kaum kafir untuk menegakkan Islam”. 
Juga sebagaimana dikemukakan oleh Ibnu Atsir, jihad berarti “memerangi orang Kafir dengan bersungguh-sungguh, menghabiskan daya dan tenaga dalam menghadapi mereka, baik dengan perkataan maupun perbuatan.”
    Pengertian jihad secara khusus inilah yang berkaitan dengan peperangan, pertempuran, atau aksi-aksi militer untuk menghadapi musuh-musuh Islam.
    Kewajiban jihad dalam arti khusus ini (berperang, red) tiba bagi umat Islam, apabila atau dengan syarat: 
  1. Agama Islam dan kaum Muslim mendapat ancaman atau diperangi lebih dulu (QS 22:39, 2:190)
  2. Islam dan kaum Muslim mendapat gangguan yang akan mengancam eksistensinya  (QS 8:39)
  3. Untuk menegakkan kebebasan beragama (QS 8:39)
  4. Membela orang-orang yang tertindas (QS 4:75).

Banyak sekali ayat al-Quran yang berbicara tentang jihad dalam arti khusus ini (perang), antara lain: 
  1. Tentang keharusan siaga perang (QS 3:200, 4:71); 
  2. Ketentuan atau etika perang (QS 2:190,193, 4:75, 9:12, 66:9); 
  3. Sikap menghadapi orang kafir dalam perang (QS 47:4), 
  4. Uzur yang dibenarkan tidak ikut perang (QS 9:91-92). 

Ayat yang secara khusus menegaskan hukum perang dalam Islam bisa disimak pada QS 2:216-218 yang mewajibkan umat Islam berperang demi membela Islam. Dan, perang dalam Islam sifatnya “untuk membela atau mempertahankan diri” (defensif), sebagaimana firman Allah SWT,

“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tapi janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS 2:190).

    

Tujuan Jihad:

Yang menjadi latar belakang perlunya berjihad didasarkan pada al-Quran, antara lain Surat at-Taubah:13-15 dan an-Nisa:75-76, yakni:

(a) Mempertahankan diri, kehormatan, dan harta dari tindakan sewenang-wenang musuh,
(b) Memberantas kedzaliman yang ditujukan pada umat Islam,
(c) Membantu orang-orang yang lemah (kaum dhu’afa), dan
(d) Mewujudkan keadilan dan kebenaran.

Hukum Jihad Adalah Wajib:

Jihad merupakan kewajiban setiap orang beriman. Perintah jihad merupakan salah satu ujian Allah SWT untuk menguji sejauh mana keimanan seseorang. Firman Allah SWT,

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan (begitu saja) sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil teman selain Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman?” (QS 9:16)

Dalam al-Quran, kata jihad hampir selalu diikuti dengan kalimat fi sabilillah (di jalan Allah), menjadi jihad fi sabilillah, yaitu berjuang melalui segala jalan dengan niat untuk menuju keridhaan Allah SWT (mardhatillah) dalam rangka mengesakan Allah SWT (menegakkan tauhidullah), dan bahwa jihad harus dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah serta norma-norma yang telah ditentukan Allah SWT.


Macam-Macam Jihad:

“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (QS 9:20)

Berdasarkan ayat tersebut, jihad terbagi dua, yaitu
1. Jihadul Maali (jihad dengan harta)
2. Jihadun Nafsi (jihad dengan diri atau jiwa raga).

Jihad dengan harta yaitu berjuang membela kepentingan agama dan umat Islam dengan menggunaan materi (harta kekayaan) yang dimiliki.

Jihadunnafsi yaitu berjuang dengan mengerahkan segala kemampuan yang ada pada diri berupa tenaga, pikiran, ilmu, kerampilan, bahkan nyawa sekalipun.

Ibnu Qayyim membagi jihad ke dalam tiga kategori dilihat dari pelaksanaannya, yaitu
1. Jihad mutlak,
2. Jihad hujjah,
3. Jihad ‘amm.

Jihad mutlak adalah perang melawan musuh di medan pertempuran (berjuang secara fisik). Jihad hujjah adalah jihad yang dilakukan dalam berhadapan dengan pemeluk agama lain dengan mengemukakan argumentasi yang kuat tentang kebenaran Islam (berdiskusi, debat, atau dialog).

Ibnu Taimiyah menanamakan jihad macam ini sebagai “jihad dengan lisan” (jihad bil lisan) atau “jihad dengan ilmu dan penjelasan” (jihad bil ‘ilmi wal bayan). Dalam hal ini, kemampuan ilmiah dan berijtihad termasuk di dalamnya.

Sedangkan jihad ‘amm (jihad umum) yaitu jihad yang mencakup segala aspek kehidupan baik yang bersifat moral maupun material, terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. Jihad ini dilakukan dengan mengorbankan harta, jiwa, tenaga, waktu, dan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Jihad ini adalah menghadapi musuh berupa diri sendiri (hawa nafsu), setan, ataupun musuh-musuh Islam (manusia).

Macam-Macam Jihad Menurut Imam Al-Ghazali:
1. Jihad Zahir -- jihad melawan orang yang tidak menyembah Allah SWT. 
2. Jihad menghadapi orang yang menyebarkan ilmu dan hujjah yang batil.
3- Berjihad melawan nafsu yang sentiasa menyeret manusia ke arah kejahatan. (Kitab Penenang Jiwa, Imam Al-Ghazali)

Ayat-Ayat dan Hadits yang menerangkan tentang Jihad:

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah , mereka itu mengharapkan rahmat Allah , dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al Baqarah:218)
(Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah ; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah ), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui. (Al Baqarah:273) 

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar. (Ali 'Imran:142)

Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak terut berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar, (An Nisaa':95)

Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah Kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan. (Al Maa-idah:35)

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (Akan tetapi jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Al Anfaal:72)

Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah , dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia. (Al Anfaal:74)

Dan orang-orang yang beriman sesudah itu, kemudian berhijrah dan berjihad bersamamu maka orang-orang itu termasuk golonganmu (juga). Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) di dalam kitab Allah . Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Al Anfaal:75)

Apakah kamu akan mengira bahwa kamu akan dibiarkan (begitu saja), sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyatan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah , Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (At Taubah:16)

Apakah (orang-orang) yang memberi minuman kepada orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidil haram, kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta berjihad di jalan Allah . Mereka tidak sama di sisi Allah ; dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum yang zalim. (At Taubah:19).

Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah ; dan itulah orang-orang yang mendapatkan kemenangan. (At Taubah:20)

Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai lebih daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (At Taubah:24).
Berangkatlah kamu baik dalam keadaan ringan ataupun merasa berat, dan dan berjihadlah dengan harta dan jiwa pada jalan Allah . Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (At Taubah:41)

Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta ijin kepadamu untuk (tidak ikut) berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertaqwa. (At Taubah:44).

Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah neraka Jahannam. Dan itulah tempat kembali yang seburuk-buruknya. (At Taubah:73).
Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut berperang) itu, merasa gembira dengan tinggalnya mereka di belakang Rasulullah, dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah dan mereka berkata: "Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini". Katakanlah: "Api neraka Jahannam itu lebih sangat panas(nya)", jikalau mereka mengetahui. (At Taubah:81)

Tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersama dia, mereka berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan mereka itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan; dan mereka itulah (pula) orang-orang yang beruntung. (At Taubah:88)

Nabi s.a.w telah ditanya: Apakah yang dapat dibandingkan dengan jihad pada jalan Allah? Nabi s.a.w menjawab: Kamu tidak akan sanggup melakukannya. Pertanyaan tersebut diulang sehingga dua atau tiga kali. Tetapi baginda masih menjawab: Kamu tidak akan sanggup melakukannya. Pada kali yang ketiganya baginda bersabda: Perumpamaan orang yang berjihad pada jalan Allah samalah seperti seorang yang selalu berpuasa dan selalu melakukan ibadat malam serta taat kepada ayat-ayat Allah. Beliau tidak merasa letih dari puasa dan sembahyangnya sehinggalah orang yang berjihad pada jalan Allah itu kembali (HR Muslim).

Rasulullah s.a.w bersabda: Sesungguhnya keluar berjuang di jalan Allah sepagi atau sepetang adalah lebih baik daripada dunia dan isinya (HR Muslim)

Sesungguhnya seorang lelaki telah datang kepada Nabi s.a.w dan bertanya: Siapakah orang yang paling baik dari kalangan manusia? Nabi s.a.w menjawab: Seseorang yang berjihad pada jalan Allah dengan harta benda dan jiwanya. Lelaki itu bertanya lagi: Kemudian siapa lagi? Nabi s.a.w menjawab: Seorang mukmin yang berada di kaki bukit dan beribadat kepada Allah serta menjauhkan manusia dari kejahatannya (HR Muslim).

Sesungguhnya Rasulullah s.a.w bersabda: Allah tersenyum (reda) terhadap dua orang lelaki, salah seorang darinya membunuh yang seorang lagi namun kedua-duanya dimasukkan ke dalam Syurga. Para sahabat bertanya: Bagaimana boleh terjadi begitu wahai Rasulullah? Baginda bersabda: Seseorang yang ikut berperang pada jalan Allah lalu beliau mati syahid, kemudian orang yang membunuh tadi telah bertaubat dan Allah telah menerima taubatnya. Setelah memeluk Islam beliau juga turut keluar berperang pada jalan Allah, kemudian beliau juga mati syahid
(HR Muslim).

(sumber: www.risalahislam.com).

Rabu, 21 Januari 2015

"Media Sosial Berdampak Penyakit Hati (Riya' & Ujub)"

"Media Sosial Berdampak Penyakit Hati (Riya' & Ujub)"

      Media Sosial khususnya Facebook selain memiliki sisi dampak positif, juga memikiki dampak negatif. Salah satu sisi negatif  Facebook dan sosial media lainnya adalah menyuburkan sikap Riya' atau ingin dipuji orang lain dan Ujub yaitu berbangga diri atau pamer.

     Penyebabnya adalah populernya istilah dan perilaku yang sering disebut Narsis atau Selfie. 
Narsis atau Narsisisme berasal dari bahasa Inggris atau narsisme yang berasal dari bahasa Belanda yang artinya adalah perasaan cinta terhadap diri sendiri yang terlalu berlebihan.
Selfie dalam istilah bahasa indonesia Indonesia yaitu Swafoto. foto narsisis adalah jenis foto potret diri yang diambil sendiri dengan menggunakan kamera digital atau telepon genggam atau HP.
               
     Riya' dan Ujub termasuk perbuatan yang dilarang dalam Islam dan wajib dijauhi oleh setiap Muslim. Keduanya adalah termasuk akhlak tercela (akhlaqul madzmumah).
    Kali ini kita akan mengulas lebih dalam tentang makna Riya' dan Ujub yang juga menjadi fenomena tersendiri di kalangan pengguna media sosial yaitu para remaja, terutama para pengguna Facebook.

Banyak Facebooker yang mengupdate status yang menyatakan bahwa dirinya baru saja melakukan sebuah amal ibadah, misalnya, membuat status "habis buka puasa nih" atau mempublikasikan amal ibadah dan kebaikan lainnya. Tidak sedikit orang yang  pamer kekayaan seperti rumah, mobil, HP, dll. dan hal ini sangat potensial sekali menjadi sikap 'Ujub.

PENGERTIAN RIYA'
     Arti Riya' adalah memperlihatkan suatu amal kebaikan kepada sesama manusia dan/atau melakukan ibadah atau kebaikan dengan disertai niat ingin dipuji manusia --tidak ikhlas berniat semata-mata karena Allah SWT.
Pengertian Riya' menurut para ulama:
  • Riya’ ialah menampakkan ibadah dengan tujuan dilihat manusia, lalu mereka memuji pelaku amalan itu (Ibnu Hajar al-Asqolani, Fathul Baari).
  • Riya’ adalah mencari kedudukan pada hati manusia dengan memperlihatkan kepada mereka hal-hal kebaikan. (Imam Al-Ghazali, Ihya' 'Ulumuddin)
     Dengan demikian, Riya’ adalah melakukan amal kebaikan bukan karena niat ibadah kepada Allah, melainkan demi manusia, dengan cara memperlihatkan amal kebaikannya kepada orang lain supaya mendapat pujian atau penghargaan dari orang lain, dengan harapan agar orang lain memberikan pujian atau penghormatan kepadanya yang telah berbuat baik.
 

Ayat Al-Qur'an dan Hadist tentang perbuatan Riya':
Dalam QS. Asy-Syuura:20, Allah SWT menjelaskan, perbuatan Riya' akan menghapus amal kebaikan. Pahala amal ibadah musnah karena digantikan oleh pujuan/penghormatan manusia.
“Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat, akan Kami tambah keuntungan itu baginya, dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia, Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat”.

Rasulullah Saw menyatakan, Riya' termasuk syirik kecil, yaitu perbuatan menyekutukan Allah SWT.
"Sesuatu yang paling aku khawatirkan terhadapmu ialah syirik kecil, lalu ditanya oleh sahabat, apakah syirik kecil itu ya Rasulullah? Kemudian baginda bersabda: itulah Riya’. (HR. Ahmad dan Baihaqi).

"Wahai sekalian manusia, jauhilah kesyirikan yang tersembunyi!” Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apa itu syirik yang tersembunyi?” Beliau menjawab, “Seseorang bangkit melakukan sholat kemudian dia bersungguh-sungguh memperindah sholatnya karena dilihat manusia.
Itulah yang disebut dengan syirik yang tersembunyi.”
[HR. Ibnu Khuzaimah dan Baihaqi]

PENGERTIAN 'UJUB
    Ujub adalah membanggakan diri, takjub, atau berbangga diri, baik muncul dalam hati saja, maupun menunjukkannya (perbuatan) kepada orang lain.
Imam Ghazali dalam Ihya 'Ulumuddin mengutip hadits: “Tiga perkara yang membinasakan yaitu: kikir yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan kekaguman (takjub) seseorang kepada dirinya sendiri (‘Ujub)” (HR. Imam Tabrani).

Imam Syafi’i mengatakan: “Barangsiapa yang mengangkat-angkat diri sendiri secara berlebihan, niscaya Allah SWT akan menjatuhkan martabatnya.”

Sufyan Ats-Tsauri meringkas makna ‘ujub sebagai berikut: 
"Yaitu perasaan takjub terhadap diri sendiri hingga seolah-olah dirinyalah yang paling utama daripada yang lain. Padahal boleh jadi ia tidak dapat beramal sebagus amal saudaranya itu dan boleh jadi saudaranya itu lebih wara’dari perkara haram dan lebih suci jiwanya ketimbang dirinya”.
Tingkatan Ujub yang tertinggi adalah Takabur atau Sombong, yakni menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.

Ibnul Qayyim berkata : "Sesungguhnya hati manusia dihadapi oleh dua macam penyakit yang amat besar jika orang itu tidak menyadari adanya kedua penyakit itu akan melemparkan dirinya kedalam kehancuran dan itu adalah pasti, kedua penyakit itu adalah riya dan takabur, maka obat dari pada riya adalah : (Hanya kepada-Mu kami menyembah) dan obat dari penyakit takabur adalah : (Hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan)".
Mari kita manfaatkan media sosial untuk hal positif seperti berbagi informasi, inspirasi, tausiyah dalam kebenaran dan silaturahmi, bukan untuk menumbuhkan sifat-sifat tercela seperti Riya dan Ujub. Wasalam

Hikmah Dan Pahala Sedekah

    ALLAH SWT menyebutkan sedekah (shidqah,atau shodaqoh) sebagai “pinjaman yang baik” (qardhul hasan). Orang yang bersedekah hakikatnya "meminjamkan harta" kepada Allah dan Dia Yang Mahakaya pasti akan mengembalikan pinjamannya itu dengan pengembalian yang berlipat ganda dari pinjamannya sebelumnya.

     Para mufasir menerjemahkan bahwa “pinjaman yang baik” itu adalah dengan makna “menafkahkan harta di jalan Allah”, yakni menyumbangkan sebagian harta untuk meringankan kesusahan atau beban orang lain,contohnya seperti kaum dhuafa, atau digunakan untuk mendanai syiar dakwah islam dan jihad di jalan Allah swt.

     Sejumlah ayat dalam Al-Quran dan hadits menunjukkan keutamaan sedekah, mulai dari bertambahnya harta kekayaan, hingga keajaiban sedekah yang mampu menyembuhkan penyakit atas izin Allah swt.


Ayat-Ayat Al-Qur'an yang menerangkan tentang Sedekah

1. ”Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan
    kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipatgandakan (pembayarannya oleh Allah) kepada
    mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.” QS.Al-Hadid:18).

2. “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik, maka Allah akan
    meperlipatgandakan pembayaran kepadanya dengan kelipatan yang banyak, dan Allah menyempitkan dan
    melapangkan (rezeki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan”. (QS. Al-Baqarah: 245)

3. “Dan apakah (kerugian) yang akan menimpa mereka jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat,
    serta mereka mendermakan (sedekah) sebagian dari harta yang telah dikurniakan Allah kepada mereka?”
    (QS. An-Nisa:39).

4. “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisik-bisikan mereka, kecuali (bisik-bisikan) orang yang menyuruh
    bersedekah atau berbuat kebaikan atau mendamaikan di antara manusia dan sesiapa yang berbuat
    demikian dengan maksud mencari keridaan Allah, tentulah Kami akan memberi kepadanya pahala yang
    amat besar” (QS. An-Nisa:114).

5. “Wahai orang-orang yang beriman! Sebarkanlah sebahagian dari apa yang telah Kami berikan kepada
    kamu, sebelum tibanya hari (kiamat) yang tidak ada jual beli padanya dan tidak ada kawan teman (yang
    memberi manfaat), serta tidak ada pula pertolongan syafaat dan orang-orang kafir, mereka itulah
    orang-orang yang zalim” (QS. Al-Baqarah:254).

Hadits-Hadits tentang Sedekah

1. "Sesungguhnya sedekah seseorang walau hanya sesuap, akan dikembangbiakkan oleh-Nya seperti
    gunung, maka bersedekahlah." (HR. Bukhari dan Muslim).

2. “Harta itu tidak akan kurang dengan disedekahkan.” (HR. Imam Muslim).

3. Dari Ali bin Abi Thalib r.a., Rasulullah saw. bersabda, “Segeralah bersedekah, sesungguhnya
    musibah tidak dapat melintasi (mendahului) sedekah.” (Razin, Misykât). Ali berkata: ''Pancinglah rezeki
    dengan sedekah.''

4. “Setiap awal pagi saat matahari terbit, Allah menurunkan dua malaikat ke bumi. Lalu salah satu berkata,
    ‘Ya Allah, berilah karunia orang yang menginfakkan hartanya. Ganti kepada orang yang membelanjakan
    hartanya karena Allah’. Malaikat yang satu berkata, ‘Ya Allah, binasakanlah orang-orang yang bakhil
    (Muttafaq ‘Alaih dari Abu Hurairah).

5. Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah Saw mengisahkan, karena menerima harta sedekah, seorang
    pencuri dan pezina bertobat. Orang kaya pelit yang tidak sengaja menerima sedekah, mendapatkan
    hidayah dan berubah menjadi dermawan (gemar bersedekah). (Kanzul-‘Ummâl).

6. “Rasulullah Saw pernah bercerita tentang berkah sedekah yang mendatangkan air hujan bagi kesuburan
    kebun petani” (HR Muslim).

7. “Seorang wanita pezina diampuni dosanya karena memberi minum seekor anjing yang sedang kehausan.”
    (HR. Muttafaq ‘Alaih).

8. “Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api.” (HR Tirmidzi).

9. Orang memberikan menyumbangkan dua harta di jalan Allah, maka ia akan dipanggil oleh salah satu dari
    pintu surga. “Jika berasal dari golongan yang gemar bersedekah, maka akan dipanggil dari pintu sedekah."
    (HR Bukhari).

10. “Sedekah akan memadamkan api siksaan di dalam kubur.” (HR Thabrani).

11. “Sesungguhnya sedekah itu dapat memadamkan murka Allah dan dapat menolak cara mati yang buruk
      (su'ul khatimah)” (HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban, Baihaqi).

12. “Sedekah itu menghapuskan keburukan (kesalahan/dosa) sebagaimana air memadamkan api”
      (HR. Tirmidzi).

13. “Sedekah bisa menutup 70 pintu dari pintu-pintu kejelekan” (HR. Thabrani).

14. Salah satu golongan yang memperoleh naungan Allah Swt di Hari Kiamat adalah “Orang yang
      bersedekah dengan tangan kanannya, ia menyembunyikan amalnya itu sampai-sampai tangan kirinya
      tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya.” (HR. Bukhari).

15. “Sedekah adalah bukti (keimanan)” (HR. Muslim). Imam An-Nawawi menjelaskan: “Yaitu bukti
      kebenaran imannya. Dinamakan sedekah (shodaqoh) karena ia merupakan bukti Shidqu Imanihi
      (kebenaran imannya)”

16. ”Takutlah kamu akan api neraka walaupun dengan (bersedekah) separuh buah kurma.” (HR. Bukhari).

17. “Wahai para pedagang, sesungguhnya setan dan dosa keduanya hadir dalam jual-beli. Maka hiasilah
      jual-beli kalian dengan sedekah.” (HR. Tirmidzi).

18. “Perumpamaan orang yang pelit dengan orang yang bersedekah seperti dua orang yang memiliki baju
      besi, yang bila dipakai menutupi dada hingga selangkangannya. Orang yang bersedekah, dikarenakan
      sedekahnya ia merasa bajunya lapang dan longgar di kulitnya. Sampai-sampai ujung jarinya tidak terlihat
      dan baju besinya tidak meninggalkan bekas pada kulitnya. Sedangkan orang yang pelit, dikarenakan
      pelitnya ia merasakan setiap lingkar baju besinya merekat erat di kulitnya. Ia berusaha melonggarkannya
      namun tidak bisa.” (HR. Bukhari).

19. “Orang yang pemurah (gemar sedekah) itu dekat dengan Allah, dekat dengan manusia, dekat dengan
      surga, dan jauh dari neraka. Adapun orang yang kikir, maka jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari
      surga dan dekat kepada neraka (siksaan Allah). “ (H.R. Tirmidzi dan Baihaqi).

20. Rasul Saw bersabda: “Obatilah orang-orang yang sakit di antara kalian dengan bersedekah”. Hadits ini
      dihasankan oleh Syaikh Al-Albani. (Shahih al-Jami’).

21. “Peliharalah harta bendamu dengan cara mengeluarkan zakat. Dan obatilah penyakitmu dengan sedekah.
      Dan hadapilah cobaan yang datang bertubi-tubi dengan do’a dan merendahkan diri kepada Allah.”
      (HR. Abu Daud).

22. “Sesungguhnya sedekah seorang Muslim dapat menambah umurnya, dapat mencegah kematian yang
      su’ul khotimah, Allah akan menghilangkan sifat sombong, kefakiran, dan sifat berbangga diri
      darinya.”(HR. Thabrani).

15 Pahala dan Keutamaan Sedekah

Dari ayat-ayat Al-Qur'an dan hadits di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ada 15 Pahala dari perilaku sedekah. yaitu sebagai berikut:
  1. Bukti keimanan.
  2. Wujud ketakwaan.
  3. Pahala yang berlipat ganda.
  4. Harta menjadi berkah dan bertambah.
  5. Bisnis menjadi sukses dan berkah.
  6. Lapang dada,serta hati menjadi tenang (bahagia).
  7. Kesulitan dapat diatasi.
  8. Memadamkan murka Allah SWT.
  9. Menghindarkan cara mati yang buruk (su'ul khatimah).
  10. Menghapuskan dosa/kesalahan selain dosa besar.
  11. Mendapatkan perlindungan dari Allah di Akhirat.
  12. Dipersilakan masuk surga dari pintu khusus.
  13. Pembebas dari siksa kubur dan siksa neraka.
  14. Jual-beli menjadi berkah (untung dunia-akhirat).
  15. Dekat dengan Allah, surga, dan sesama manusia.
Semoga kita dapat mengambil hikmah dari pelajaran ini. Dan agar hidup kita selalu disertai oleh pahala dan rahmat dari allah, maka alangkah baiknya kita melaksanakan ilmu-ilmu yang kita dapatkan dari ayat al-qur'an dan hadist tersebut

Selasa, 20 Januari 2015

Keutamaan Membaca Quran Surat Al-Kahfi Pada Malam Jumat.


 Keutamaan Membaca Quran Surat Al-Kahfi Pada Malam Jum'at.

   Di antara amalan Sunah di Hari Jumat atau tepatnya pada malam jum'at adalah membaca Al-Quran terutama Surat Al-Kahfi, selain memperbanyak membaca sholawat untuk Nabi Muhammad Saw.

     Ada tiga hadits yang meriwayatkan keutamaan membaca Surat Al-Kahfi di Hari Jumat yaitu tepatnya pada malam jum'at.


1.Hadist pertama dari Al-Hakim dan Al-Baihaqi :

مَنْ َقَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ فِيْمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيْقِ      

"Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada malam Jum’at, maka akan dipancarkan cahaya untuknya antara dirinya hingga Baitul Atiq." (HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi).

Catatan: Baitul Atiq adalah nama lain Ka’bah yang disebut juga dengan istilah Baitullah (Rumah Allah), Baitul Haram (Rumah Suci), yaitu "rumah tua" yang dibangun kembali oleh Nabi Ibrahim dan puteranya Ismail a.s. atas perintah Allah SWT.

  2.Hadist kedua dari Ibnu Umar :

مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمْعَةِ سَطَعَ لَهُ نُوْرٌ مِنْ تَحْتِ قَدَمِهِ إِلَى عَنَانِ السَّمَاءَ يُضِيْءُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَغُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَ الْجُمْعَتَيْنِ

“Siapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan memancar cahaya dari bawah kakinya sampai ke langit, akan meneranginya kelak pada hari kiamat, dan diampuni dosanya antara dua jumat.” (HR. Ibnu Umar).



3.Hadist ketiga yaitu HR. Muslim :



مَنْ حَفِظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُورَةِ الْكَهْفِ عُصِمَ مِنَ الدَّجَّالِ
“Barangsiapa hafal sepuluh ayat dari permulaan surat al-Kahfi, maka ia dilindungi dari Dajjal.” (HR. Muslim).


    Dari ketiga hadits shahih di atas, dapat disimpulkan, keutamaan dalam membaca QS. Al-Kahfi pada malam atau hari Jumat antara lain sebagai berikut:

  1. Mendapatkan cahaya (kebaikan/pahala) yang sangat banyak. diistilahkan Rasulullah Saw sebagai "sejauh diri pembaca surat tersebut dengan Ka'bah di Masjid Haram".
  2. Memperoleh pahala/kebaikan sepanjang jarak kaki hingga ke langit.
  3. Mendapatkan penerangan di Hari Kiamat.
  4. Mendapatkan ampuna dosa antara dua hari Jumat.
  5. Memperoleh perlindungan dari fitnah (musibah/cobaan) akhir zaman (Fitnah Dajjal).
KANDUNGAN QS AL-KAHFI
     Surat Al-Kahfi ini memiliki empat cerita yang terkandung di dalamnya,dan menyimpan beberapa pesan keimanan dan keteguhan dalam menjalankan risalah Islam.

Keempat kisah tersebut adalah :
  1. Kisah Ashabul Kahfi
  2. Kisah Pemilik Dua Kebun
  3. Kisah pertemuan Nabi Musa a.s. dan Nabi Khaidir a.s.
  4. Kisah Dzulqarnain.
 
1.ASHABUL KAHFI
      Kisah Ashabul Kahfi menceritakan 7 pemuda beriman yang terpaksa mengungsi atau mengasingkan diri demi mempertahankan keimanannya. Mereka tinggal dan tertidur di dalam gua,yang sekarang dikenal dengan Gua Kahfi.mereka tertidur hingga ratusan tahun dan mereka terbangun ketika kondisi negerinya sudah menjadi negeri Islam dan penduduknya sudah menjadi orang orang yang beriman.

2.PEMILIK KEBUN
     Sebuah cerita tentang seorang pria yang diberkahi oleh Allah SWT dengan dua kebun yang indah. Namun, karena ia adalah orang yang kufur terhadap nikmat allah swt, bahkan ia meragukan firman Allah mengenai kehidupan akhirat kelak, kedua tamannya itu dihancurkan.kemudian Ia menyesal, namun sudah terlambat.
     Kisah ini merupakan tadzkirah (peringatan) agar kita senantiasa berperilaku syukur nikmat, atas nikmat sekecil apa pun yang telah diberikan allah swt, apalagi nikmah yang besar (banyak).

3.KISAH NABI MUSA & KHIDIR
     Kisah pertemuan dua Nabi Allah a.s. Musa merasa dirinya paling luas pengetahuannya. Allah SWT lalu mengingatkannya bahwa ada orang lain yang lebih berpengetahuan, yaitu Nabi Khidir a.s. Nabi Musa pun dipertemukan dengan Khidir dan belajar banyak hal darinya.

4.KISAH DZUL QARNAIN
     Cerita Raja Besar yang diberi pengetahuan dan kekuasaan. Dia keliling dunia guna membantu orang-orang dan menyebarkan semua kebaikan.

    Dengan kisah-kisah tersebut, Allah SWT mengajari kita, hamba-hamba-Nya, tentang keteguhan iman, syukur dan peringatan akibat kufur, tawadhu', dan memanfaatkan kekuasaan untuk kebaikan dan mensyiarkan Islam di muka bumi ini. Wallahu a'lam bish-shawabi.